Sejarah Kota Jakarta ( Bagian 1)

 Asal Muasal Kota Jakarta 



        Perkembangan Jakarta berawal dari pelabuhan Sunda Kelapa yang terletak antara 160.40’ dan 170.00 Garis Bujur Timur yang dikelilingi oleh beberapa pulau yang dikenal dengan Kepulauan Seribu.Faktor potensial menjadi cikal bakal Kota Jakarta karena pertumbuhan dan perkembangan pemukiman masyarakat yang berkembang menjadi sebuah perkotaan yang dipengaruhi oleh faktor ekologi yang menguntungkan, teknologi yang maju, dan adanya organisasi sosial yang kompleks dan struktur kekuasaan yang berkembang.
        Pelabuhan Sunda Kelapa adalah pelabuhan Hindu-Jawa di bawah pemerintahan Sunda Pajajaran. Namanya mengacu pada Sunda, yaitu wilayah Jawa bagian Barat, dan Kelapa karena banyaknya pohon kelapa yang tumbuh di sana. Pelabuhan Disinilah Kali Ciliwung pertama kali berdiri dan memainkan peran penting dalam perdagangan Indonesia.


Sejarah Kota Jakarta dari Masa ke Masa 

1) Pelabuhan Sunda Kelapa dan Jayakarta

        Bermula dari pelabuhan Sunda Kelapa, Pelabuhan tersebut memiliki peranan penting  karena lokasinya dekat dengan ibu kota Kerajaan Sunda Pajajaran, Sunda Kelapa merupakan salah satu kota paling penting untuk kelangsungan hidup kerajaan. Kota besar yang menjadi pintu gerbang bagi para pendatang dan menjadi tempat pertemuan berbagai macam golongan, etnis, suku bangsa, dan kebudayaan menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan kehidupan dan kebudayaan baru. Karena banyaknya fungsinya, Jakarta sering disebut memiliki sifat heterogen karena penduduknya berasal dari berbagai wilayah Nusantara.


        Pelabuhan Sunda Kelapa juga merupakan menjadi pusat komoditas perdagangan yang sangat ramai. Kemajuan dan keramaian itulah yang membuat bangsa Portugis ingin mengambil alih Sunda Kelapa pada tahun 1552, dengan mengadakan perjanjian dengan Kerajaan Pajajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kerajaan Pajajaran menandatangani perjanjian tersebut, karena timbulnya rasa khawatir pengaruh Islam yang merambah ke sunda Kelapa. Perjanjian yang dibuat antara Pajajaran dan Portugis tidak menyadari bahwa hal tersebut mendorong gerakan Islam untuk bergerak lebih cepat dan berjuang lebih keras untuk mendorong orang-orang Muslim untuk menguasai wilayah strategis Pajajaran sebelum Portugis melakukan rencananya dan mengambil alih Sunda Kelapa.
Perebutan kekuasaan Pelabuhan Sunda Kelapa pada akhirnya dapat ditaklukkan oleh Fatahillah setelah melakukan adanya perebutan wilayah. Setelah Sunda Kelapa dapat dikuasai oleh Fatahillah. Kemudian, Fatahillah ditetapkan sebagai pangeran mewakili Cirebon. Sunda Kelapa berubah menjadi Jayakarta yang memiliki arti kota kejayaan, kemenangan, dan kemakmuran. Fatahillah, pada saat itu tidak memimpin Jayakarta secara langsung karena ia diutus untuk menjadi penguasa Cirebon menggantikan Pangeran Pasean yang telah mengikuti jejak ayahnya yang sudah turun tahta untuk mengajarkan Islam di daerah sunda yang saat itu masih banyak menganut agama Hindu. Sementara, Jayakarta dipimpin oleh Tubagus angke. Namun, Tubagus Angke menyerahkan pemerintahannya atas kabupaten Jayakarta pada putranya yang bernama Pangeran Jayakarta Wijayakrama.


2) Berdirinya Batavia Pada Tahun 1620

Sejak awal, VOC sudah mengincar Jayakarta sejak lama, karena letak Jayakarta yang strategis. Setelah mengalami peperangan dan VOC menguasai Jayakarta. Jayakarta berubah menjadi Batavia, dan mengganti seluruh bangunan di Jakarta seperti pola dan tata letak bangunan Belanda. Pada tahun 800-an, Batavia menjadi kota yang dikenal sebagai "Koning van het Oosten", atau Ratu dari Timur. Inggris, yang merupakan pesaing utama Belanda dalam perdagangan, iri dengan keberhasilan ini. Oleh karena itu, Batavia juga dikenal dengan sebutan yang tidak kalah populer, yaitu Graf der Hollanders atau kuburan orang Belanda. Sudah jelas bahwa pemerintah Batavia menghadapi dua jenis oposisi yang berbeda, yang merupakan paradoks yang sangat ironis karena Batavia mengalami masa kejayaan dan masa kemerosotan secara bersamaan. Munculnya berbagai psikosa dan penyakit epidemi yang menyerang masyarakat menyebabkan degradasi, terutama di kalangan orang Belanda. 



Pada masa pemerintahan Jan Pieterszoon Coen, ia memiliki gagasan untuk mendirikan pusat kekuasaan emporium di Asia, pada saat itulah ia segera meluncurkan aturan pemerintahan kota Batavia yang baru didirikan dengan penandatanganan urusan hukum dan administrasi. Jan Pieterszoon Coen membentuk Collegie van Schepenen pada tanggal 24 Juni 1620 untuk mengawasi pemerintahan kota dan menetapkan peraturan tentang tata kota. Lembaga ini menangani pencatatan penduduk dan menangani urusan pengadilan seperti catatan sipil (kelahiran, perkawinan, dan kematian), akta jual beli, pembebasan budak, kriminalitas, gereja, sekolah, anak yatim piatu, penduduk miskin, schutterij atau opsir Belanda yang menggunakan undang-undang kota. Jan Pieterszoon Coen juga memiliki keinginan untuk membangun kota dengan meluaskan wilayah. wilayah tersebut meluas dari kota Molenvliet ke pedalaman yang dibangunnya rumah-rumah besar bagi golongan elite serta pemukiman sederhana.


Refrensi :
A, M. (2018). Hubungan perdagangan Cirebon dan Sunda Kalapa Abad XVI: suatu studi sejarah ekonomi. (Bachelor’s Thesis, Fakultas Adab & Humaniora).https://doi.org/http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/38091
Dwithama, K., & Sutrisno, T. T. (2022). Kajian Sejarah Perkembangan Kota Jakarta. IONIC Journal Arssitektur Instititut Teknologi Budi Utomo, 1(1).
I, R., & Muhammad Ihsan. (2019). Perkembangan pembangunan kota jakarta sebagai kota metropolitan masa gubernur ali sadikin 1966-1977 (Vol. 4). Journal Student uny.
Lambang daerah. (n.d.). Retrieved March 23, 2024, from https://jakarta.go.id/lambang-daerah




Komentar